Demikianlah istilah yang diberikan kepada seorang istri dan seorang ibu. Peran istri dapat digantikan oleh banyak wanita tetapi peran ibu sangat sulit digantikan bahkan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anaknya terutama anak yang baru dilahirkannya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jika seorang bayi berumur kurang dari 3 bulan ditinggal mati ibunya, maka kemungkinan kelangsungan hidup sang bayi hanya sekitar 30 % …… Itu artinya jika seorang ibu meninggal saat bayinya berusia kurang dari 3 bulan maka resiko kematiannya sebesar 70 % …. Nah lho !
Peran ibu sangat besar artinya, ditangan ibulah lahir putra-putri bangsa, dikatakan bahwa “membangun ibu adalah membangun bangsa, tetapi membangun bapak adalah membangun dirinya sendiri” …. Apa benar ?. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan ibu haruslah menjadi prioritas utama.
Kenyataannya tahun 2001 angka kematian ibu di Indonesia sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut dapat digambarkan dengan 1 buah pesawat terbang Jumbo Jet yang seluruh penumpangnya ibu-ibu hamil dan jatuh setiap 1 minggu sekali …. Bayangkan, andaikan hal tersebut dapat dicegah.
Angka kematian ibu di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya tetapi masih jauh dari angka yang diharapkan. AKI yang diharapkan pada tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebenarnya apa penyebab kematian ibu ? Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan.
Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu :
- Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.
- Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
- “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak.
- “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut bagaimana kebijakan dan strategi dalam menurunkan angka kematian ibu di Indonesia ?
Ada pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut MPS atau Making Pregnancy Safer. 3 (tiga) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :
- Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
- Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
- Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu adalah mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas kepada masyarakat. Kenapa bayi baru lahir termasuk kedalam kebijakan dalam menurunkan AKI ? karena ternyata bayi baru lahir sangat berhubungan erat dengan kesehatan ibu. Salah satunya seperti yang telah saya sampaikan di awal penulisan.
Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah :
- Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh :
- Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta
- Pemberdayaan perempuan dan keluarga
- Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :
1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
- Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
- Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
- Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
- Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
- Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
3. Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.
Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan kunci MPS.
editor: yarman pandu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar