Minggu, 29 Januari 2012

FUNGSI IBU SULIT DIGANTI !!!!! FUNGSI ISTERI DAPAT DIGANTI

Demikianlah istilah yang diberikan kepada seorang istri dan seorang ibu. Peran istri dapat digantikan oleh banyak wanita tetapi peran ibu sangat sulit digantikan bahkan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anaknya terutama anak yang baru dilahirkannya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jika seorang bayi berumur kurang dari 3 bulan ditinggal mati ibunya, maka kemungkinan kelangsungan hidup sang bayi hanya sekitar 30 % …… Itu artinya jika seorang ibu meninggal saat bayinya berusia kurang dari 3 bulan maka resiko kematiannya sebesar 70 % …. Nah lho !

Peran ibu sangat besar artinya, ditangan ibulah lahir putra-putri bangsa, dikatakan bahwa “membangun ibu adalah membangun bangsa, tetapi membangun bapak adalah membangun dirinya sendiri” …. Apa benar ?. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan ibu haruslah menjadi prioritas utama. 

Kenyataannya tahun 2001 angka kematian ibu di Indonesia sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut dapat digambarkan dengan 1 buah pesawat terbang Jumbo Jet yang seluruh penumpangnya ibu-ibu hamil dan jatuh setiap 1 minggu sekali …. Bayangkan, andaikan hal tersebut dapat dicegah.

Angka kematian ibu di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya tetapi masih jauh dari angka yang diharapkan. AKI yang diharapkan pada tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. 

Sebenarnya apa penyebab kematian ibu ? Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan. 
Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu :
  • Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.
  • Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
  • “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak.
  • “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. 

Berdasarkan hal tersebut bagaimana kebijakan dan strategi dalam menurunkan angka kematian ibu di Indonesia ?
Ada pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut MPS atau Making Pregnancy Safer. 3 (tiga) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :


  1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
  2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
  3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu adalah mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas kepada masyarakat. Kenapa bayi baru lahir termasuk kedalam kebijakan dalam menurunkan AKI ? karena ternyata bayi baru lahir sangat berhubungan erat dengan kesehatan ibu. Salah satunya seperti yang telah saya sampaikan di awal penulisan.

Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah :


  • Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh :
  • Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta
  • Pemberdayaan perempuan dan keluarga
  • Pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :

1.  Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
  •  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
  • Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
  • Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
  • Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
  • Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
2.  Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.

3. Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.

Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan kunci MPS.


editor: yarman pandu

Sabtu, 28 Januari 2012

BUSUNG LAPAR PADA ANAK, BUKAN HANYA SEKEDAR KELAPARAN




Seperti yang kita ketahui bersama beberapa bulan terakhir mass media di tanah air dipenuhi berita-berita tentang busung lapar. Meskipun busung lapar bukanlah hal baru di Indonesia tetapi tetap saja membuat hati miris bila mendengarnya. 
Busung lapar yang terjadi sekarang merupakan efek dari krisis ekonomi di negara kita yang berkepanjangan yang menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk membeli bahan makanan yang baik dari segi jumlah dan mutu. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi merupakan penyebab lain timbulnya busung lapar.  Paling banyak yang terkena busung lapar adalah anak-anak.

Arti Busung Lapar (Gizi Buruk)
Apasih busung lapar atau bahasa kerennya gizi buruk itu?. Busung Lapar atau gizi buruk adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena busung lapar (gizi buruk) yaitu :
Pertama, dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan . Bila perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk).
Kedua, dengan mengukur tinggi badan dan LIngkar Lengan Atas (LILA)  bila tidak sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.

Jenis Busung Lapar (Gizi Buruk)
Ada 3 jenis busung lapar (gizi buruk) yang sering ditemui dan sangat berbahaya yaitu KWASHIORKOR,  MARASMUS dan gabungan dari keduanya MARASMIC-KWASHIORKOR.



Tanda-Tanda Busung Lapar (Gizi Buruk)
Tanda-tanda busung lapar (Gizi Buruk) berbeda-beda menurut jenisnya.
Untuk jenis Kwashiorkor tanda-tanda yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ø  Bengkak  pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang
Ø  Otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LILA-nya kurang dari 14 cm
Ø  Timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Ø  Tidak nafsu makan
Ø  Rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit
Ø  Wajah anak membulat dan sembab (moon face)
Ø  Cengeng/rewel dan apatis
Ø  Sering disertai infeksi, anemia dan diare
Sedangkan untuk jenis Maramus tanda-tandanya :
Ø  Anak sangat kurus tampak tulang terbungkus kulit.
Ø  Tulang rusuk menonjol
Ø  Wajahnya seperti orang tua (monkey face)
Ø  Kulit keriput (jaringan lemak sangat sedikit sampai tidak ada )
Ø  Cengeng/rewel
Ø  Perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil
Tanda-tanda Marasmic – Kwashiorkor adalah:
Ø  Campuran dari beberapa tanda tanda Kwashiorkor dan maramus disertai pembengkakan yang tidak menyolok.

Dampak Busung Lapar (Gizi Buruk)
Dampak dari gizi buruk (busung lapar) pada anak bukan hanya tubuh yang kurus tetapi lebih dari itu. Gizi buruk dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan anak, rabun senja dan penderita gizi buruk lebih rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Bila ditemukan anak dengan gizi buruk harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.

Pencegahan Busung Lapar (Gizi Buruk)
Busung Lapar (Gizi buruk) dapat dicegah dengan memberikan makanan yang bergizi pada anak berupa sayur mayur, buah-buahan, makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging) dll, dan berikanlah ASI bagi anak usia 0 – 2 tahun.





Masa depan bangsa Indonesia tergantung pada keadaan anak bangsa saat ini, jika anak-anak Indonesia tidak terpenuhi gizi seimbangnya tak terbayangkan masa depan bangsa ini.



           editor: yarman pandu