Senin, 26 Desember 2011

5 Cara Cepat Redakan Asam Lambung


penulis: Adelia Ratnadita


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Jika menderita rasa sakit terbakar, kembung, dan ketidaknyamanan akibat asam lambung, maka tentunya berharap mendapatkan obat yang dapat bekerja dengan cepat. Menggunakan obat yang dapat diperoleh di pasaran bebas dan obat resep dapat membantu meredakan ketidaknyamanan akibat kenaikan asam lambung. Tetapi obat-obatan tersebut tentunya juga membawa berbagai efek samping yang tidak diinginkan.

Jika kita membahas pengobatan terbaik untuk refluks asam lambung, ingatlah bahwa ada beberapa pilihan pengobatan yang selalu dianggap yang terbaik. Beberapa pilihan pengobatan sangat sederhana.

Berikut adalah 5 cara cepat dan metode alami untuk meredakan gejala refluks asam lambung seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (22/12/2011) antara lain:

1. Baking soda

Baking soda dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan akibat kenaikan asam lambung. Membuat minuman dengan mencampurkan setengah sendok teh baking soda yang dicampur dalam delapan ons air. Baking soda akan langsung mengurangi asam dalam perut, menetralkan, dan mencegah isi perut kembali ke kerongkongan. Minuman ini dapat dibuat sepanjang hari jika diperlukan, hingga dosis harian maksimum 3 sendok makan baking soda dalam satu hari.

2. Cuka sari apel

Campurkan 1-2 sendok teh cuka sari apel organik dengan delapan ons air dan minum. Cuka yang tinggi kalium dan membantu untuk menetralkan asam lambung. Jika terlalu kuat, dapat mengurangi jumlah cuka sampai menjadi terbiasa.

3. Madu organik

Ambil 1-2 sendok teh mentah madu organik. Madu organik secara langsung di mulut dapat untuk meredakan ketidaknyamanan, menenangkan dan cepat atasi sakit maag yang menyakitkan. Madu organik juga tinggi kalium, madu membantu meningkatkan pencernaan dan membentuk sebuah lapisan alkali di dalam perut. Campur madu dengan cuka sari apel untuk membuat minuman yang dapat mengurangi gejala refluks asam lambung secara langsung. Satu sendok madu juga dapat membantu sebelum tidur atau pada malam hari jika terbangun oleh karena refluks asam lambung.

4. Apel merah

Makan sepotong apel sangat baik ketika mengalami gejala-gejala GERD (gastroesophageal reflux disease). Apel, khususnya jenis merah manis, dapat membantu untuk menciptakan sebuah lapisan basa dalam perut, mengurangi kecenderungan asam untuk kembali naik ke kerongkongan, dan menyebabkan nyeri. Apel juga baik pada waktu tidur untuk mencegah refluks asam lambung pada malam hari.

5. Akar licorice

Ambil akar licorice untuk memperbaiki gejala GERD yang menyakitkan. Akar licorice dalam bentuk teh tersedia di toko makanan kesehatan. Menyeduh teh akar licorice dalam air panas dan tidak menambahkan susu atau jenis lain dari creamers dapat untuk meredakan ketidaknyamanan akibat kenaikan asam lambung. Jika memiliki tekanan darah tinggi, maka berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan akar licorice, karena pada beberapa orang, licorice dapat meningkatkan tekanan darah.




Editor: yarman pandu

Kamis, 15 Desember 2011

bahaya merokok


coba kawan-kawan lihat video diatas, video tersebut jelas-jelas membuktikan tentang bahaya merokok
APA KAWAN-KAWAN MASIH INGIN MEROKOK???
rokok itu jelas-jelas merengut nyawa anda dan orang sekitar dengan cara pelan-pelan.

Mau Tahu Lebih Jauh tentang Diabetes???

ARTIKEL:


Penulis: Irna Yunia
Seorang ahli neurology Rhode Island Hospital, Suzanne de la Monte bersama rekannya seorang professor di bidang patologi di Brown Medical School telah menemukan diabetes tipe baru. Diabetes tipe baru ini dinamakan diabetes tipe 3 karena insulin tidak hanya di produksi di pankreas tetapi juga di produksi di otak dan diduga dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s. Mungkin bagi masyarakat Indonesia banyak yang masih belum mengenal, jangankan diabetes tipe 3, definisi penyakit diabetes itu sendiri masih banyak yang belum mengetahuinya.

INDONESIA RENTAN DIABETES
Masyarakat Indonesia harus lebih waspada terhadap diabetes sejak dini karena risiko penduduk Indonesia terkena penyakit ini sangat tinggi. Menurut sumber harian Kompas, hasil penelitian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menunjukan 10-60% penduduk Indonesia berisiko mengalami mutasi DNA mitokondria T16189C. Jika mengkonsumsi makanan secara berlebih, gen ini menyebabkan kekacauan metabolisme yang berujung pada timbulnya diabetes.
Selain itu, menurut dr. Herawati Sudoyo Phd, peneliti dari Lembaga Eijkmaan, prevalensi diabetes terhitung tinggi pada penduduk daerah tropis seperti di Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data yang menunjukan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Di tahun 1994 terdapat 110,4 juta penderita. Memasuki tahun 2000, meningkat menjadi 4 juta orang dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai minimal 5 juta orang. Jumlah inilah yang menghancurkan Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara terbanyak jumlah pasien diabetesnya di dunia.
Menakutkan bukan!! Tapi memang seperti itulah faktanya. Namun, jangan khawatir, seperti kata pepatah “semua penyakit pasti ada obatnya”, begitu juga dengan “penyakit gedongan” ini. Tapi bagaimanakah cara mencegahnya?

APA ITU DIABETES?
Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi.
Diabetes merupakan gangguan metabolisme (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumah yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urine untuk dibuang melalui urine. Air kencing penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, karena itulah gejala ini disebut juga gejala kencing manis. 
Gangguan tersebut terjadi sekali lagi bila insulin tidak diproduksi lagi oleh sel tubuh, atau jumlahnya tidak cukup, atau sel-sel tubuh tidak meresponnya secara normal (insulin resistance). Dalam kasus normal, setiap orang membutuhkan glukosa atau zat gula untuk kesehatannya, karena organ vital kita membutuhkannya sebagai sumber energi, yang nantinya dibakar oleh oksigen, terutama otak, yang sepenuhnya tergantung pada pasokan gula dan oksigen untuk bisa bekerja dengan baik.
Banyaknya proses enzimatik yang mengatur metabolisme tubuh membutuhkan gula sebagai bahan dasarnya. Jadi, manusia tidak bisa hidup tanpa gula. Masing-masing sel tubuh kita membutuhkan glukosa, gula sederhana yang diserap tubuh dari karbohidrat, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya sebagai bahan bakar, sebagaimana fungsi bensin bagi mobil. 
Di saat jaringan tubuh kekurangan pasokan glukosa karena terhambat di pembuluh darah, muncullah gejala kelelahan, lapar gula, dan perasaan mudah tersinggung. Sedangkan gula yang menumpuk banyak di dalam pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat, sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa oleh darah. Padahal untuk bisa bekerja secara optimal, tubuh membutuhkan oksigen yang cukup untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen tersebut, tubuh kehilangan tenaga dengan munculnya gejala kelelahan, perubahan suasana hati, sakit kepala, dan jantung bekerja lebih keras (berdebar-debar).
Gangguan insulin tersebut juga berakibat berlebihnya kadar lemak di pembuluh darah dengan risiko terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri, sehingga komplikasi diabetes tercatat sebagai penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.

GEJALA-GEJALA DIABETES
Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah:
• Sering buang air kecil
• Terus-menerus lapar dan haus
• Berat badan menurun
• Kelelahan
• Penglihatan kabur
• Infeksi pada kulit yang berulang
• Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
• Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun

Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I, yaitu:
• Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
• Sering buang air kecil
• Terus menerus lapar dan haus
• Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
• Mudah sakit yang berkepanjangan
• Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. 
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka akan dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah:
• Penglihatan kabur
• Luka yang lama sembuh
• Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
• Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
• Impotensi pada pria
Diabetes Tipe II biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40, tetapi prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Riset juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang mengalami gejala pre-diabetes, yaitu suatu kondisi yang merupakan pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II, tidak menyadari bahwa ia sedang diincar oleh diabetes yang berbahaya. Walaupun gejalanya tidak muncul, tetapi dari pemeriksaan gula darah menunjukan bahwa kadar gula darah puasa berada di atas normal, meskipun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai kasus diabetes. Tetapi kasus pre-diabetes itu sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sampai 50%. 

PENYEBAB-PENYEBABNYA
Secara singkat, faktor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes adalah:
• Kelainan Genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.
• Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
• Gaya hidup stres
Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes.



• Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol selama hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk. 

TIPE-TIPE DIABETES
• Diabetes Tipe I, tergantung pada insulin
Diabetes Tipe I ini adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Laangerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.
Diabetes Tipe I ini diidap oleh sekitar 10-15% penderita diabetes di Amerika Serikat. Penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga dikenal dengan istilah Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus yang tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme gula dalam darah. Dari kondisinya, inilah jenis diabetes yang paling parah.
Diabetes Tipe I ini biasanya ditemukan pada penderita yang mulai mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja, sehingga pada zaman dulu para dokter menyebutnya sebagai diabetes anak muda. Separuh dari penderita diabetes yang mengidapnya adalah usia dewasa, tetapi tidak berbadan gemuk seperti umumnya penderita Diabetes Tipe II. Para periset menyebutnya sebagai Diabetes Tipe 1,5, yang disebut sebagai LADA (latent autoimmune diabetes in adults), karena sistem imun menyerang (reaksi autoimun) sel-sel beta pankreas secara perlahan-lahan sehingga berhenti memproduksi insulin.
Penderita Diabetes Tipe I sangat rentan terhadap komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan dengan perubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banayak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Risiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolisme tubuh yang menumpuk (ketoasidosis), dengan risiko mengalami koma diabetik.

• Diabetes Tipe II, tidak tergantung pada insulin
Diabetes Tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes Tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling sering umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non-insulin dependent diabetes mellitus). Jenis diabetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes, karena umumnya 4 sampai 5 orang penderita Diabetes Tipe II ini memiliki kelebihan berat badan, maka obesitas sering dijadikan sebagai indikator bagi penderita diabetes.
Diabetes Tipe II ini dapat menurun dari orangtua yang penderita diabetes. Tetapi risiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi jika memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang membuat anda kurang bergerak. Jadi pada Diabetes Tipe II ini yang menjadi pencetus utama adalah faktor obesitas (gemuk berlebih). Faktor penyebab lain adalah pola makan yang salah, proses penuaan, dan stress yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Juga mungkin terjadi karena salah gizi (malnutrisi) selama kehamilan, selama masa anak-anak, dan pada usia dewasa.

• Diabetes Tipe III, baru ditemukan
Para ahli di US percaya bahwa mereka telah menemukan tipe baru diabetes setelah menemukan bahwa insulin juga diproduksi di otak dan dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s. Penelitian yang dilakukan oleh Suzanne de la Monde bersama rekannya yang seorang professor di bidang patologi di Brown Medical Schoolini menemukan hubungan antara penyakit diabetes dan Alzheimer. Suzanne mengemukakan bahwa insulin yang diproduksi dalam otak, dibutuhkan tubuh untuk kelangsunagan hidup sel-sel otak. Bila jumlahnya kurang, maka sel-sel otak pun akan mengalami degenerasi dan akhirnya memicu timbulnya penyakit Alzheimer. Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan dilakukannya penelitian pada jaringan otak dari mayat yang sebelumnya telah di diagnosa menderita penyakit Alzheimer. Hasilnya jumlah insulin dan IGF I berkurang di daerah cortex, hippocampus, dan hipotalamus.

MENDERITA DIABETES, BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA
Bagi kita yang mempunyai “bakat” diabetes, tak perlu berkecil hati. Kemungkinan untuk menderita penyakit ini memang lebih besar pada seseorang yang memiliki “bakat” diabetes. Namun bila mau menjaga pola makan, aktif berolahraga dan menjaga berat badan, penyakit ini dapat dihindari.
Contoh nyata dapat kita lihat pada suku Toraja dan Sunda. Prevalensi diabetes penduduk Tasikmalaya hanya 1,1%, padahal mutasi DNA mitokondria suku Sunda ini relatif tinggi (47%). Demikian juga penduduk Toraja. Mutasi DNA mitokondrianya 33% namun prevalensi diabetesnya termasuk rendah yaitu hanya 0,8%. Mengapa demikian? Penyebabnya masyarakat suku Toraja dan Sunda suka mengkonsumsi sayur dan ikan. Kita semua tahu, makanan jenis ini sangat baik untuk dikonsumsi. Serat larut yang terkandung dalam sayur- sayuran dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin karena serat larut dapat memperlambat penyerapan karbohidrat dan mencegah kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Sedangkan ikan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan kadar trigliserida darah yang disebabkan kadar gula darah yang tinggi. Selain itu suku Sunda umumnya memilih minuman tanpa gula. Diabetes Prevention Program, sebuah studi yang dilakukan di Amerika telah membuktikan bahwa perubahan gaya hidup serta pola makanan sangat efektif menurunkan risiko diabetes dibandingkan obat.

PENCEGAHAN
Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka diabetes sebenarnya dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
1. Bila kegemukan, turunkan berat badan
2. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas menjadi sesak.
3. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbodihrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentang, atau bakmi dalam menu sehari-hari.
4. Setelah berumur 40, periksa kadar gula urine kita setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes.
Bagi anda yang sudah memiliki “bakat” diabetes, jangan khawatir, marilh kita pelajari cara mengobatinya.

BAGAIMANAKAH CARA MENGATASINYA??
Kondisi diabetes tergantung pada individu masing-masing, terutama dari segi kepatuhan dan kedisiplinan untuk melakukan diet dan olahraga secara benar. Selain itu, dosis suatu obat yang diberikan dokter pun harus sesuai dengan kondisi penderita. Bila pada suatu taraf obat tersebut sudah tidak mampu lagi menurunkan kadar gula sang penderita, maka harus diganti dengan obat lain atau insulin.
• Patuhi Nasehat Dokter
a. Disiplin minum obat
Minumlah obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan pemakaiannya. Jangan dicampur obat lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anda.
b. Jadilah dokter pendamping diri sendiri
Anda sebaiknya menjadi dokter pendamping diri anda sendiri, dan lebih bertanggung jawab atas kesembuhan dari anda sendiri.

• Diet
a. Memilih karbohidrat yang aman
Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes adalah memilih makanan yang mengandung senyawa karbohidrat kompleks, yang dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar tidak terjadi lonjakan kadar gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.

b. Pola diet diabetes
Diet yang tepat untuk mencegah agar tidak terkena diabetes adalah yang bertujuan untuk menjaga agar berat badan tidak berlebihan. 
 Pangkaslah kalorinya
 Kurangi lemak
 Makanlah karbohidrat kompleks
 Ucapkan selamat tinggal pada yang manis
 Ngemilah diantara waktu makan
 Lengkapi dengan serat 
• Olahraga
 Berjalan kaki
 Bersepeda
 Berenang
• Kontrol gula darah

HIDUP BERSAMA DIABETES!
Walaupun diabetes tidak bisa disembuhkan, penderitanya dapat hidup secara normal dengan mengubah gaya hidup, rajin kontrol gula darah, diet dan melakukan olah raga aerobik secara teratur.
Ubah Gaya Hidup!
Gaya hidup sehat. Yang pertama harus disadari adalah konsepsi bahwa sakit sebenarnya adalah gangguan metabolisme tubuh, yang terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat. Pada kasus diabetes, kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin terjadi akibat gizi yang tidak seimbang, perubahan hormonal, proses penuaan dan stress. Kelebihan berat badan dan kurang gerak juga termasuk faktor yang mempertinggi risiko diabetes, karena mempengaruhi produksi dan kerja hormonal. Dengan menyadari hal tersebut, kita selanjutnya dapat memahami konsep “sehat” sebagai upaya tercapainya kembali keseimbangan metabolisme tubuh yang optimal, agar kita dapat hidup normal kembali. Masalah kita sekarang adalah membuat konsep hidup sehat tersebut menjadi gaya hidup kita yang baru.
Lakukan diet diabetes dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi untuk menjadi sehat.
Laksanakan program olahraga yang teratur tanpa perlu memaksakan diri. Lakukan saja dengan santai sekuat kemampuan yang kita miliki.
Kontrol gula darah dan konsultasilah dengan dokter untuk mengetahui perkembangan usaha yang kita lakukan.
Jadilah dokter pendamping untuk diri sendiri. Ikuti perkembangan baru mengenai pengobatan diabetes, termasuk pengobatan alternatif yang mungkin berguna bagi kita.
Ikutilah program klub diabetes yang bermanfaat bagi kita, untuk saling berbagi informasi dan pengalaman.
Segera hubungi dokter atau langsung ke bagian gawat darurat bila terjadi hal-hal yang membahayakan kesehatan kita.
Selain itu, satu faktor yang tidak kalah penting selain dari diri ssendiri adalah peran keluarga dalam mendukung si penderita agar mereka tetap bisa menikmati hidup yang lebih baik dan berkualitas. (Ina)




editor: yarman pandu

Coklat

ARTIKEL:




Penulis: Ira Octaviana









Coklat? Siapa yang tidak suka …. Untuk sebagian kalangan, coklat dipakai sebagai tanda atau simbol untuk menyatakan cinta, kasih sayang, atau sekedar untuk memberikan perhatian lebih bagi orang-orang tertentu. Tapi, ada juga sebagian orang yang memilih untuk tidak mengkonsumsi coklat, dengan alasan takut gemuk, jerawatan, dan sebagainya. Hal tersebut memang tak salah, karena cokelat mengandung banyak lemak. Lemak coklat termasuk lemak jenuh yang potensial membahayakan kesehatan serta memiliki kalori yang relatif tinggi. Namun, sebetulnya kita tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi coklat karena coklat telah terbukti memiliki pengaruh positif bagi kesehatan tubuh kita, disamping rasanya yang begitu lezat.

Dibalik rasanya yang begitu lezat tersebut, sebetulnya coklat memiliki arti “minuman pahit”. Kata tersebut berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec). Namun seiring dengan semakin maju dan canggihnya teknologi, coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga snack yang disukai oleh semua orang, tidak hanya anak-anak. Selain itu, coklat juga dijadikan sebagai bahan dasar dari berbagai macam kue, tart, dan sebagainya. 


Coklat bikin Gemuk? Ngak juga …
Seperti kita ketahui, banyak mitos menyatakan bahwa coklat menjadi salah satu penyebab utama kegemukan. Banyak diantara kita, bahkan menjadi coklat fobia. Padahal jika kita tahu, sebenarnya coklat bisa menjadi sobat yang baik bagi kita, kapanpun dan dimanapun tanpa kita takut dihantui kegemukan. Ini dia faktanya : 
• Karbohidrat yang dibentuk oleh senyawa kimia dalam coklat menghasilkan serotonin, yang membantu stimulasi otak sehingga kita merasa santai dan tenang.
• Dengan mengkonsumsi coklat, tubuh kita akan mampu menghasilkan antioksidan yang dapat membantu mencegah serangan jantung dan mempertahankan daya tahan tubuh. Peneliti Univeristas California menemukan flavan-3-ols, senyawa yang ditemukan dalam coklat ini dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. 
• Sebatang coklat juga akan memenuhi 15% kalsium dan magnesium yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Meskipun terkadang coklat kurang bagus untuk gigi, namun coklat baik untuk dikonsumsi dalam jumlah kecil dan secara teratur. Sebuah studi menunjukkan bahwa coklat baik juga untuk mendukung pertumbuhan tulang dan proses penyembuhan.
• Coklat juga ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang. Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard. Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen atau coklat umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa berusia lebih panjang. Fenol ini juga banyak ditemukan pada anggur merah yang sudah sangat dikenal sebagai minuman yang baik untuk kesehatan jantung. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker. 
• Selain itu, coklat juga mengandung theobromine dan caffein yang memberikan energi bagi tubuh.
• Coklat dapat mengobati batuk. Menurut para ahli, zat kimia yang ditemukan dalam coklat lebih baik dalam menyembuhkan batuk dibanding obat batuk. Hal ini didasari pada sebuah senyawa yang disebut theobromine yang dapat mencegah batuk.
• Coklat dapat membantu melindungi penyakit serius seperti kanker.
Coklat mengandung tingkat polyphenols yang tinggi, senyawa yang ditemukan dalam makanan yang berasal dari tumbuhan yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat membantu melindungi dari penyakit serius seperti kanker. 
• Coklat melindungi kita dari stroke. Sebuah penelitian dari Universitas California mengungkapkan bahwa coklat dapat membantu mencegah pembekuan darah, sesuatu yang dapat membantu pasien terkena stroke. Para peneliti mengatakan coklat memiliki pengaruh yang sama dengan aspirin yang dikenal sebagai antipembekuan darah.
• Coklat mencegah tekanan darah tinggi. Penelitian baru-baru ini menemukan senyawa yang terdapat dalam coklat dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi karena coklat kaya flavanol, sejenis antioksidan yang dapat melacak dan menghancurkan kimia berbahaya dalam tubuh yang menyebabkan penuan dan berpotensi pada penyakit serius. 
• Jangan pernah menyalahkan coklat sebagai penyebab kegemukan. Faktanya tidak ada salahsatupun makanan yang dapat menyebabkan kegemukan, tetapi seberapa banyak jumlah yang dikonsumsi, itulah yang memberikan kontribusi terhadap kegemukan. 

Coklat yang seperti apa yang bagus untuk dikonsumsi? 
Menurut American Dietetic Association, semakin murni coklat yang kita konsumsi maka akan semakin besar keuntungan yang kita peroleh. Contohnya yaitu cocoa powder. Berikut ini adalah coklat yang bagus untuk dikonsumsi.
• Dark chocolate, sepotong coklat hitam yang mengandung 110-120 kalori atau tidak sampai separuh dari jumlah kalori yang terkandung pada sebatang coklat susu.
• Frozen yogurt, ½ cangkir yogurt coklat yang didinginkan mengandung 100 kalori, tak ada salahnya jika ditambahkan potongan strawberry segar.
• Chocolate popsicles, Anda dapat memilih coklat popsicles rendah lemak yang memiliki kandungan 120 kalori.
• Chocolate puddings, sepotong puding coklat hanya mengandung 120 kalori. 
• Hot chocolate, secangkir coklat panas terdiri dari 6 sendok susu krim (68 kalori), ½ sendok cocoa (10 kalori), ½ sendok gula (24 kalori).
• Old-fashioned chocolate “ice cream” floats. Float yang terdiri dari ½ cangkir coklat rendah lemak dan diet soda sesuai pilihan Anda (110 kalori).
• Pure chocolate, sebatang coklat murni atau kemasan 7 gr memiliki 36 kalori.
• Chocolate chips, coklat chips mengandung 54 kalori.
• Chocolate jimmies, coklat jimmies mengandung 20 kalori.
• Chocolate syrup. sirup coklat mengandung 50 kalori tiap sendoknya.

Meski demikian, penambahan bahan-bahan pemanis dan penambah kaya rasa, seperti gula, susu, dan mentega memang bisa menyebabkan coklat memberikan efek kurang baik bila dikonsumsi berlebihan.

Jadi, apakah masih memilih untuk melewatkan manfaat coklat ini? Karena solusinya mudah saja, makanlah coklat tetapi dengan memilih coklat murni atau dark coklat. Tentunya dalam takaran yang wajar, agar tetap cantik dan awet muda dan terhindar dari berbagai penyakit.
Hmmmm…. Enak….
(Ira Octaviana, Staf Sub Bagian Program dan Evaluasi Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI)

Diolah dari berbagai sumber
editor: yarman pandu

Bisakah Pramuka Mempercepat Pencapaian PHBS di Masyarakat ?

ARTIKEL:

Bisakah Pramuka Mempercepat Pencapaian PHBS di Masyarakat ?

Penulis: Yussiana Elza


Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang pada pasal 9 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian masyarakat secara luas termasuk generasi muda bukan hanya menjadi obyek pembangunan kesehatan, melainkan juga menjadi subyek pembangunan kesehatan.

Salah satu potensi generasi muda adalah Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka sebagai suatu organisasi pendidikan kepanduan yang memiliki anggota terbesar di dunia dan sebagai organisasi non-formal terbesar di Indonesia memiliki segmen peserta didik dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Tujuan Gerakan Pramuka ini mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sehingga menjadi : Manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, emosional, dan tinggi moral, (2) tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya, (3) kuat dan sehat jasmaninya. Dengan demikian Gerakan Pramuka memiliki nilai strategis untuk mengadopsi dan menyebarluaskan nilai-nilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan harapan kualitas generasi muda semakin meningkat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan esensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terkait hal tersebut, kualitas manusia secara komprehensif diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator gabungan dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari umur harapan hidup (UHH) yang terkait erat dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gizi bayi dan balita.

AKI, AKB, dan status gizi buruk/kurang pada bayi dan balita sangat terkait dengan faktor perilaku seperti perilaku pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan, pemenuhan gizi ibu dan anak. Oleh karena itu, aspek perilaku harus menjadi perhatian utama dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat yang merupakan pilar utama dalam visi pembangunan kesehatan yaitu terwujudnya Indonesia Sehat, yang menggambarkan penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, karena setiap orang hidup dalam tatanannya, yang saling mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antar berbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga diharapkan dapat memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam tatanan tersebut.  Memantau, menilai dan mengukur tingkat kemajuan tatanan adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Ada lima tatanan dalam PHBS yaitu : PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, PHBS di Tempat-tempat Umum, PHBS di Tempat Kerja dan PHBS di Institusi Kesehatan. Data Riskesdas tahun 2007 diketahui bahwa pencapaian angka Rumah Tangga Ber-PHBS adalah sebesar 37,8 % sedangkan target yang ingin dicapai pada tahun 2007 adalah 44 %. Dan target pada tahun 2010 adalah 65% Rumah Tangga Ber-PHBS. Pada tatanan lainnya belum terdata.

Sejalan dengan proses pembelajaran dalam Gerakan Pramuka yang interaktif, partisipatif, progresif, sepanjang hayat dalam nuansa rekreasi edukatif, di alam terbuka dan persaudaraan, Gerakan Pramuka melalui Saka Bakti Husada sangat tepat digunakan sebagai wahana dalam mempercepat pencapaian PHBS di lima tatanan tersebut. Satuan Karya Pramuka (Saka) Bakti Husada merupakan wujud kesepakatan antara Kwarnas Gerakan Pramuka dengan Departemen Kesehatan pada tanggal 17 Juli 1985.

Saka dalam Gerakan Pramuka merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan pengalaman Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam berbagai bidang kejuruan / teknologi. Saka akan memotivasi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan karya nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu sesuai dengan aspirasi kaum muda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional,  sebagai komitmen terhadap kode kehormatan yaitu Satya dan Darma Pramuka.

Ada delapan Saka dalam Gerakan Pramuka. Saka yaitu Saka Tarunabumi, Saka Dirgantara, Saka Bahari, Saka Bhayangkara, Saka Wana Bakti, Saka Kencana, Saka Bakti Husada dan Saka Kartika.

Saka Bakti Husada adalah wadah pengembangan pengetahuan, pembinaan keterampilan, penambahan pengalaman dan pemberian kesempatan bagi anggota pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam bidang kesehatan. Saat ini anggotanya  telah tersebar di seluruh pelosok tanah air, hingga di tingkat kwartir ranting dan di beberapa daerah membentuk kelompok-kelompok Saka Bakti Husada di sekolah-sekolah dan akademi kesehatan yang terhimpun dalam satuan Gugusdepan (Gudep).

Gudep adalah suatu kesatuan organik terdepan dalam Gerakan Pramuka yang merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan Pramuka dalam penyelenggaraan kepramukaan, serta sebagai wadah pembinaan bagi anggota muda dan anggota dewasa muda (Kep. Kwarnas No. 231 tahun 2007). Sebagai satuan organik terdepan berperan dalam memberi solusi dalam menangani masalah-masalah kemasyarakatan seperti masalah-masalah kesehatan, antara lain melalui pembinaan kepada peserta didik oleh pembina Gudep. Data yang tersedia di Kwarnas tahun 2008 menyebutkan jumlah Gudep sebanyak 275.048 dengan jumlah peserta didik   + 16 juta (16.374.299) orang. Dari jumlah tersebut diatas, sekitar 20% adalah Pramuka Penegak dan Pandega, diperkirakan 2,5%nya adalah anggota Saka Bakti Husada. Bila dibandingkan dengan anggota kepanduan sedunia tanpa Indonesia hanya 19 juta orang.

Dengan demikian, Saka Bakti Husada dalam Pembangunan Kesehatan perannya sangat diperlukan untuk :

•  Meningkatkan citra Gerakan Pramuka dalam pengabdian kepada masyarakat khususnya di bidang kesehatan

• Membekali peserta didik anggota Pramuka tentang pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan

•  Menyiapkan kader bangsa khususnya kader di bidang kesehatan

•  Menjadi contoh dan pelopor hidup sehat bagi generasi muda dan masyarakat sekitarnya

•  Mendorong  kesadaran, kemauan, dan kemampuan generasi muda melalui gerakan kepramukaan untuk hidup sehat

•  Memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.

Peran ini telah dijabarkan dalam implementasi enam Krida Saka Bakti Husada yakni Krida Bina Keluarga Sehat, Krida Bina Lingkungan Sehat, Krida Penanggulangan Penyakit, Krida Bina Gizi, Krida Bina Obat dan Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Krida Bina PHBS muncul karena Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu pilar untuk mencapai Indonesia Sehat. Saka Bakti Husada sebagai wadah pembinaan kaum muda di bidang kesehatan perlu mempelajari tentang PHBS. Implementasinya dalam bentuk Krida Bina PHBS. Untuk itu pembinaan Krida Bina PHBS dalam Saka Bakti Husada perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.

Dalam Krida, keterampilan distandarisasi dalam bentuk Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan peserta didik Pramuka yang berhasil kemudian diberikan Tanda Kecakapan Khusus (TKK) sebagai pengakuan bahwa yang bersangkutan terampil sesuai kecakapan khusus yang dipelajarinya. Sesuai dengan pembinaan PHBS melalui pendekatan lima tatanan, terdapat lima SKK dalam Krida Bina PHBS yaitu SKK PHBS di Rumah Tangga, SKK PHBS di Sekolah, SKK PHBS di Tempat-tempat Umum, SKK PHBS di Tempat Kerja, dan SKK PHBS di Institusi Kesehatan.

Setiap SKK memiliki syarat PHBS sesuai tatanannya. Contohnya, pada SKK PHBS di Rumah Tangga, syarat Rumah Tangga ber-PHBS adalah :

1)Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2)Memberi bayi ASI eksklusif

3)Menimbang balita setiap bulan

4)Menggunakan air bersih

5)Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun

6)Menggunakan jamban

7)Memberantas jentik di rumah.

8)Makan sayur dan buah setiap hari

9)Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10) Tidak merokok di dalam rumah

Perilaku-perilaku tersebutlah yang diharapkan dapat diterapkan,  disampaikan atau dianjurkan oleh para peserta didik di Gudep kepada teman sebaya, keluarga dan masyarakat sekitar.

Untuk itu sejak inisiasi Krida Bina PHBS tahun 2007 lalu, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya dalam pembinaan PHBS melalui Krida Bina PHBS. Tahun 2007 Pusat Promosi Kesehatan memulainya dengan membuat "tools" terlebih dahulu yaitu menyusun Buku Kecakapan Khusus Krida Bina PHBS bagi Pamong dan Instruktur Saka Bakti Husada dan Leaflet SKK PHBS di Rumah Tangga, SKK PHBS di Sekolah, SKK PHBS di Tempat-tempat Umum, SKK PHBS di Tempat Kerja, dan SKK PHBS di Institusi Kesehatan untuk peserta didik Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega).  Pada tahun 2008, Pusat Promosi Kesehatan mulai melakukan pelatihan sebagai "transfer of knowledge" PHBS kepada Pamong dan Instruktur  Saka Bakti Husada yaitu Pelatihan Pelatih Pembina Pramuka dan Instruktur tentang Krida Bina PHBS Saka Bakti Husada dan Pelatihan Pendidikan Kelompok Sebaya Krida Bina PHBS Bagi Pembina Gudep Saka Bakti Husada untuk 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Barat dan Gorontalo. Kegiatan pelatihan didahului penyusunan modul pelatihan yaitu Pedoman Pelatihan Pelatih Pembina Pramuka dan Instruktur tentang Krida Bina PHBS Saka Bakti Husada dan Pedoman Pendidikan Kelompok Sebaya Krida Bina PHBS bagi anggota Saka Bakti Husada. Untuk tahun 2009 kegiatan pelatihan berlanjut pada 11 provinsi lainnya yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Tentu saja dukungan pemerintah daerah berupa kebijakan dan dana sangatlah diperlukan. Selain peran aktif Pimpinan Saka Bakti Husada, Kwartir dan Lemdika di setiap level serta gudep sebagai ujung tombaknya.

Semoga saja niat mulia tersebut sejalan dengan lagu Pramuka berikut : "Apakah bisa menjadi terbaik ? Terus menerus tidak pernah salah ?" 

editor: yarman pandu

Kebiasan Merokok dan Kemiskinan

ARTIKEL:

Kebiasan Merokok dan Kemiskinan

Penulis: Bambang Setiaji


Data profil tembakau Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa  belanja rokok rumah tangga perokok di Indonesia menempati urutan nomor 2 (10,4%) setelah makanan pokok padi-padian (11,3%), sementara pengeluaran untuk daging, telur dan susu besarnya rata-rata (2%). Pengeluaran untuk rokok adalah lebih dari 5 kali lipat pengeluaran untuk makanan bergizi. Dilihat dari proporsi total pengeluaran bulanan, belanja rokok lebih dari 3 kali pengeluaran untuk pendidikan (3,2%) dan hampir 4 kali lipat pengeluaran untuk kesehatan (2,7%).

Penelitian Indonesian Forum Parliamentarians for Population and Development (IFPPD) melaporkan, 2 dari 3 ayah di Indonesia mengkonsumsi rokok. Ironisnya, lembaga ini memperkirakan, sebanyak 12 juta ayah dari 19 juta keluarga miskin adalah perokok.

Hasil Susenas tahun 1995, 2001, dan 2004 menunjukan proporsi pengeluaran rokok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi terendah, lebih tinggi proporsinya dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi tertinggi. Tahun 1995 (6,1 : 4,9), tahun 2001 (9,1 : 7,5), dan tahun 2004 (10,9 : 9,7). Hasil penelitian Dell at all (2005) menyampaikan bahwa pria pada rumah tangga miskin dan tidak memiliki telpon dan warga dengan pendidikan lebih rendah cenderung merupakan perokok. Hal senada dilaporkan WHO bahwa jumlah perokok paling banyak berasal dari kalangan masyarakat miskin. Di Madras, India mayoritas perokok justru dari kelompok masyarakat buta huruf. Hasil riset lainnya membuktikan, kelompok masyarakat termiskin di Bangladesh menghabiskan 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan. Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemukan, perokok menghabiskan 3,6 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk pendidikan 2,5 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan dengan pakaian, dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk biaya kesehatan (Majalah Ummi, Maret 2008). Sementara itu hasil penelitian dari Lawror et all (2003) menyampaikan bahwa pada kelompok kurang beruntung, merokok seringkali merupakan kenikmatan dan merupakan cara untuk mengatasi masalah, mengatasi kehidupan yang penuh tekanan. Hasil penelitian dari Jefferis Barbara et all (2004) menyampaikan bahwa individu dari latar belakang pekerja manual cenderung lebih banyak merokok dan cenderung tidak berhenti merokok dibandingkan pekerja non manual. Selain itu pekerja manual berisiko 28 persen merokok lebih besar dari pada pekerja profesional.

Masalah merokok merupakan masalah yang serius karena menyangkut berbagai aspek, yaitu: aspek kesehatan,  aspek ekonomi, dan aspek sosial. Kebiasan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya (Aditama, 1997). Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia yang berbahaya. Asap satu batang rokok mengandung 4.000 bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Levinthal, 1996). Peningkatan jumlah perokok akan sangat membahayakan status kesehatan masyarakat di masa depan. Status kesehatan yang menurun akibat dampak merokok dapat meningkatkan kemungkinan  terkena berbagai jenis penyakit yang  dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Selain itu, merokok akan menciptakan beban ganda yang harus ditanggung, karena merokok akan mengganggu kesehatan sehingga akan lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya.

WHO memperkirakan tingkat kematian dunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2030 akan mencapai 10 juta orang setiap tahunnya dan sekitar 70% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 (Depkes,  2006) secara nasional dilaporkan bahwa penduduk 15 tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan merokok tercatat sebanyak 34,44%, terdiri dari merokok setiap hari 28,35% dan kadang-kadang 6,09%. Proporsi perokok pemula usia  15-19 tahun proporsinya meningkat dari 58,9% pada tahun 2001 menjadi 63,9% pada tahun 2004. Proporsi perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 11,5% pada tahun 2004. Sedangkan proporsi perokok pemula usia 5-9 tahun meningkat dari 0,4% pada tahun 2001 menjadi 1,8% pada tahun 2004. Beberapa alasan mengapa seseorang merokok, antara lain ingin tahu atau coba-coba, ingin dianggap dewasa atau macho, pengaruh lingkungan atau tekanan kelompok, dan korban iklan.

Sementara itu, di Indonesia diperkirakan rakyat Indonesia setiap tahunnya membakar uang untuk merokok senilai Rp 120 triliun dan diperkirakan pada tahun 2008 ini pemerintah bisa meraup penghasilan cukai dari rokok sekitar Rp 44 triliun (Thabrany, 2008). Pada tahun 2005, Kosen melakukan estimasi penghitungan biaya akibat konsumsi tembakau sebesar Rp 167,1 triliun. Jumlah tersebut adalah sekitar 5,1 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp 32,6 triliun pada tahun  2005. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),  Masnah Sari menyampaikan bahwa dari segi pemasukan keuangan negara memang diakui pemasukan cukai rokok untuk keuangan negara menyumbang dana yang cukup besar. Tapi dibandingkan kerusakan moral dan kesehatan anak bangsa, bangsa ini akan lebih rugi jika terus membiarkan rakyat mengkonsumsi rokok (Pelita, Rabu 23 Januari 2008).

Kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi rendah yang patut mendapat perhatian dalam bidang kesehatan asalah satunya adalah pekerja sektor informal. Saat ini proporsi pekerja sektor informal terus meningkat sebagai dampak dari globalisasi dan tidak cukup signifikannya penyerapan tenaga kerja formal (Akatiga, 2003). Kesempatan kerja di sektor formal semakin terbatas, harus diperebutkan oleh para pencari kerja yang setiap tahunnya semakin meningkat. Tekanan untuk memperebutkan lapangan kerja, diyakini akan semakin menguat dengan dikeluarkannya kebijakan kenaikan BBM. Dengan kondisi yang demikian, tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja formal akan memasuki sektor informal (BPS, 2005).

Diperkirakan jumlah pekerja sektor informal besarnya sekitar  64 % dari angkatan kerja (Labour Force Situation in Indonesia, 2003). Keberadaan sektor informal memberikan kontribusi yang besar di bidang ekonomi khususnya dalam hal lapangan kerja. Sektor informal dapat berfungsi menjadi katup pengaman penyediaan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang mempunyai keterampilan marjinal, dan membutuhkan sumber nafkah untuk tetap dapat bertahan hidup. Sektor informal dapat menjadi sumber pendapatan keluarga sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat (Committee on Poverty Reduction, 2006). Sementara itu pekerja sektor informal umumnya belum tersentuh oleh aturan dan belum banyak mendapat pembinaan dari pemerintah.

Salah satu pekerja sektor informal yang saat ini menjadi alternatif pilihan  masyarakat dalam mencari nafkah adalah tukang ojek. Menjadi tukang ojek tidak memerlukan keahlian khusus dan cukup sederhana dalam prosesnya.  Hanya bermodalkan keahlian mengendarai sepeda motor, maka seseorang sudah bisa menjadi tukang ojek dan dapat bekerja untuk menafkahi keluarganya. Oleh sebab itu tukang ojek menjadi salah satu alternatif baru pekerjaan jasa di bidang transportasi yang saat ini jumlahnya semakin banyak.

Hasil penelitian yang dilakukan Bambang Setiaji (2007) terhadap 108 tukang ojek menunjukkan bahwa 85 % tukang ojek  mempunyai kebiasaan merokok. Angka ini 20 % lebih tinggi dibanding prevalensi merokok laki-laki dewasa nasional tahun 2004 yaitu sebesar 63,1% (Susenas, 2004). Rata-rata jumlah rokok yang dihisap tukang ojek adalah 11 batang rokok perhari, dengan rata-rata pengeluaran untuk rokok perhari mencapai Rp 7.500,-. Sebagian besar tukang ojek yaitu sebesar 85% pernah mengalami kesulitan uang untuk berobat. Mereka mencari uang untuk berobat dengan cara meminjam (39%), meminta bantuan saudaranya (37%), menjual barang/harta (17%), dan minta kartu SKTM (7%). Hampir semua tukang ojek yaitu 97% merasa khawatir bila suatu saat mereka sakit. Menurut sebagian besar mereka (73%) kekhawatiran yang timbul adalah tidak punya uang dan hilangnya kesempatan mencari nafkah. Sebagian besar tukang ojek (86%) mengatakan bila sakit akan mengganggu pekerjaan sehari-harinya, kurang lebih selama 4 hari. Perkiraan rata-rata kehilangan pendapatan selama sakit kurang lebih Rp 83.000,-

Bagi sebagian besar masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, pengeluaran biaya rokok sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya seperti memenuhi  kebutuhan gizi, memenuhi biaya pendidikan dan memenuhi biaya kesehatan anggota keluarganya.

Seyogyanya kebijakan penanggulangan masalah merokok dapat lebih diprioritaskan kepada kelompok ini. (Semoga)

editor: yarman pandu